Fotografi memegang peranan penting dalam
budaya visual manusia. Di era yang serba cepat ini media gambar lebih mendapat
tempat dibanding tulisan, sebab gambar adalah media yang lebih sederhana untuk
dilihat. Hasil dokumentasi penelitian yang selama ini berkembang di masyarakat,
khususnya Indonesia biasanya dianggap sebagai produk yang serius dan sulit
untuk dipahami. Hal ini disebabkan karena hasil penelitian tersebut didominasi
dalam bentuk tulisan. Berdasar hal tersebut maka kami tergerak mengadakan
penelitian dengan media fotografi, agar hasil penelitian dapat lebih
memasyarakat.
Penelitian etnofotografi ini mencoba
memperkenalkan pada seluruh masyarakat luas tentang perubahan aspek sosial dan kultural
sekelompok masyarakat Dayak Suru’ yang berada di Desa Sepan Padang, Provinsi
Kalimantan Barat melalui etnofotografi. Etnofotografi merupakan pendekatan yang
menggabungkan relevansi antara etnografi dan fotografi dalam melakukan studi antropologi.
Etnofotografi dipilih karena media visual dianggap lebih mampu merepresentasikan
realita.
Orang Dayak memiliki ketergantungan yang
tinggi terhadap sungai, sebab sungai digunakan untuk mencari penghidupan dan
sebagai akses transportasi. Tak heran jika hampir semua nama sebutan orang
Dayak mempunyai arti yang berhubungan dengan sungai, termasuk Dayak Suru’ Hulu
dan Dayak Suru’ Hile, yang berdasarkan letak geografisnya berada di hulu dan
hilir Sungai Manday. Perkembangan zaman membuat akses semakin mudah karena jalan
darat dibangun untuk beberapa kepentingan, salah satunya untuk perkebunan dan
produksi hasil hutan oleh pemerintah atau swasta. Akses yang makin mudah tentunya
memicu terjadinya perubahan-perubahan sosial pada masyarakat Dayak Suru’ yang
tinggal di Desa Sepan Padang. Kami ingin mendeskripsikan perubahan-perubahan tersebut melalui
etnofotografi, karena dianggap lebih mampu diterima dan dinikmati oleh
masyarakat secara lebih populer, sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menarik
manfaat dari cara suku Dayak Suru’ menyikapi perubahan .
Bentang alam yang
berbukit-bukit di kaki Pegunungan Muller juga menggugah rasa ingin tahu kami
tentang gua-gua yang ada disana. Dari desa Sepan Padang perjalanan menuju
gua-gua ini memakan waktu 1-2 hari dengan berjalan kami. Sebagai organisasi Mahasiswa
Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada yang berbasis penelitian, kami ingin
mengaplikasikan ilmu kami untuk sesuatu yang berguna bagi dunia keilmuan,
khususnya speleologi. Kami akan mengadakan survey permukaan, pendokumentasian
eksokarst dan endokarst, serta melakukan pemetaan beberapa gua yang ada disana.
Harapan kami, hasil kegiatan ini dapat menjadi sumbangan dalam ilmu
pengetahuan, khususnya speleologi.
ini ada link buku utk referensi ttg dayak, tmnku yg motret.
ReplyDeletehttp://issuu.com/agendosa/docs/kpa_12-11-12_-_final?mode=window&viewMode=doublePage
-kasan-